About

Daftar isi»

Sunday, December 4, 2011

Guru yang bijak


Mungkin dari kita saat ini masih banyak yang merasa sebagai orang yang “wah” dan Merasa Sebagai orang yang paling bersih dan Hanya sedikit dosa.
Jujur Tanyakan Pada hati anda tentang pendapat anda terhadap mereka yang bergelimang dosa? Saya yakin sebagian Dari Kita akan memandang sebelah mata kepada mereka, Menganggap mereka adalah orang-orang kotor dan Saya yakin sekali hati kecil kita akan mengatakan saya lebih baik dari mereka.
Saya akan berbagi sedikit cerita tentang guru saya (beliau adalah salah seorang kiai di bumi jawa ini ) dan semoga saya juga dianggap sebagai murid oleh beliau.




Suatu Ketika sang guru mengajak salah seorang muridnya untuk jalan-jalan di kota surabaya. Kota metropolis terbesar kedua di negeri ini. Sang guru ini mempunyai kebiasaan yang tidak sama dengan Kiai-kiai lain. Beliau lebih sering berpenampilan miripnya Orang-orang pada umumnya. Pakai celana panjang, kaos, kacamata hitam. Disurabaya sang guru mengajak si murid untuk masuk kedalam club malam dimana penjudi, pelacur, pemabuk dan orang-orang yang ingin menghabiskan uang disana berkumpul. Dengan langkah ragu si murid mengikuti langkah gurunya. Tapi alangkah kagetnya simurid ini, ternyata didalam club malam itu banyak sekali orang-orang yang mengenal beliau. Sang guru dengan tidak canggungnya duduk bersama para penjudi hight class dan tentunya banyak wanita yg super hot ikut duduk disitu.
Si murid ini hanya diam saja. Pikiranya berkecamuk dan terjadi perang batin yang begitu kuat. Dalam hati si murid ini bertanya “Benarkah apa yang saya lihat ini? Guru saya, orang yang sangat saya hormati karena ke aliman nya, ucapanya yang teduh dan perilaku beliau yang selalu menghormati orang lain saat ini sedang berkumpul dengan para penjudi, pemabuk dan pelacur saat ini sedang bersantai ria ngobrol dan mereka kelihatan akrab sekali.”

Setelah menjelang pagi, Sang guru berpamitan kepada teman-temanya untuk pulang. Dalam perjalanan pulang sang guru menegur muridnya tadi ” Tanyakan kepadaku apa yang menjadi unek-unek mu, bicaralah jangan diam saja. ”
spontan si murid tergagap dari lamunan dan kemuskilan-kemuskilan yang baru saja dialaminya.“Begini guru, Kenapa guru mengajak saya ke club malam seperti itu bukankah tempat itu tidak pantas buat kita?” ucap murid itu sekenanya.Dengan senyum yang terus melekat di wajahnya,kemudian guru tersebut menjawab.
“Saya hanya menunjukkan kepadamu orang-orang lebih baik dari pada kamu!, mereka adalah orang-orang kotor tapi hati tidak sekotor hati kamu. Mereka sadar kalau mereka bukan orang baik sehingga mereka tidak merasa kalau mereka lebih baik dari orang lain. Tidak seperti kamu yang merasa lebih baik dari merek. Hati kamu yang seperti itulah yang harus disembuhkan, merasa lebih baik dari orang lain itulah penyakit yang paling sulit di hilangkan”. Kemudian guru itu terdiam sambil menatap si murid yang terus tertunduk merenungkan ucapan gurunya.
Kemudian guru itu melanjutkan kata-katanya. ” Mereka semua makhluk Alloh, mereka juga ingin dekat dengan Penciptanya. Keinginan mereka sama seperti kita. Bisa menjadi hamba yang dekat dan bisa mendapat ridlo sang Kholiq!. Mereka juga ingin bahagia di akhirat nanti. Cuma mereka tidak tahu jalanya. Kalau bukan kita yang menunjukkan, terus siapa lagi. Mereka tidak berani datang ketempat ulama-ulama karena mereka menganggap diri mereka kotor dan tidak sedikit orang yang pandai agama memandang mereka sebelah mata. Saya hanya menjemput mereka untuk kembali ke jalan yang di ridloi. Saya hanya menunjukkan jalan kepada mereka agar mereka bisa mendapat kebahagiaan di kehidupan yang abadi, di akherat nanti. Setiap kali saya masuk ketempat-tempat seperti itu saya selalu berdoa semoga orang-orang yang berpesta saat ini disini juga akan berpesta di kehidupan yang abadi nanti.”
itulah sedikit cerita. Sampai saat ini kata-kata sang guru bijak tersebut masih selalu tertanam di dalam hati murid tersebut. Sekarang guru bijak  itu telah Menghadap sang pencipta dengan senyum yang tidak pernah terlepas dari mulutnya. Di musim kemarau yang berkepanjangan, Hujan dan Ratusan ribu orang dari berbagai kalangan bercampur jadi satu untuk mengantar kepergian Beliau. Guru, banyak orang menganggapmu sebagai guru mereka, namun apakah kami engkau anggap sebagai murid. Kebanggaan terbesarku jika aku bisa mematuhi wejangan-wejanganmu.
=========
Sabahat, dalam kehidupan ini kita akan bertemu dengan banyak orang dari bermacam latar belakang. Jangan sampai kita memvonis surga atau neraka kepada seseorang. Karena itu bukan hak kita. Yang dapat kita lakukan adalah melihat sisi baik mereka dan berharap agar suatu saat mereka menjemput kebahagiaan yang sesungguhnya.
Jika iman sahabat kuat, jemputlah mereka ditempat mereka berkumpul. Namun jika tidak, jangan sampai terbawa arus.




dikutip dari :http://www.resensi.net

No comments:

Post a Comment